Selasa, 24 Mei 2016

KAPAL SRIWIJAYA




Kapal Sriwijaya, kapal dengan teknologi Asia Tenggara  pembawa budaya antar bangsa



“Pada bulan Jyestha Dapunta Hyang naik perahu bertolak dari Minanga, sambil membawa dua laksa tentara dengan 200 peti perbekalannya....

dengan sukacita, pada hari kelima paro terang bulan Asadha dengan cepat dan penuh kegembiraan datang membuat wanua...Sriwijaya menang, perjalanan berhasil dan makmur senantiasa...”



Sebagian isi Prasasti Kedukan  Bukit tersebut memperlihatkan bahwa Sriwijaya mempunyai armada laut yang tangguh, kapal-kapal yang kuat didukung drengan prajurit yang tangguh mampu menjadikan Sriwijaya serbagai penguasa lautan.



Kekuatan maritim Sriwijaya sehingga mampu menjelajah perairan Nusantara, kawasan Asia hingga ke Madagaskar tidak terlepas dari kemampuan teknologi pembuatan kapalnya. Kapal-kapal Sriwijaya telah mampu membawa saudagar beserta barang-barang dagangannya, tentara beserta persenjataannya, dan yang lebih penting adalah membawa budaya antar bangsa.



Tradisi pembuatan kapal Sriwijaya berbeda dengan teknologi Cina yang saat itu telah menemukan besi untuk membuat paku. Teknologi Asia Tenggara menggunakan teknik papan ikat dan kupingan pengikat (sewn plank and lashed- lug technique). Tonjolan segi empat atau tambuko digunakan untuk mengikat papan-papan dan papan dengan gading. Sebagai pengikat digunakan ijuk  yang kemudian diperkuat dengan pasak. Kapal Sriwijaya dibangun dengan tradisi pembuatan kapal  Asia Tenggara. Diperkirakan kapal-kapal Sriwijaya, baik militer maupun dagang, mampu membawa muatan 450-650 ton, bahkan dalam perkembangannya dengan panjang kapal 60 meter mampu membawa muatan sampai 1000 ton.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar