Selasa, 24 Mei 2016

SISTEM BIROKRASI SRIWIJAYA



PEMERINTAHAN, MILITER, DAN SOSIAL  (sistem birokrasi sriwijaya)

Menurut de Casparis Kedatuan Sriwijaya dibagi dalam beberapa mandala (semacam provinsi), dan setiap mandala dikuasai oleh seorang datu. Di bawah datu ada seorang  pembesar yang bergelar parvvanda yang bertugas sebagai  ketua hulubalang dan bertanggung jawab dalam hal ketenteraan.
 
Dalam tingkatan sosial dan pemerintahan terdapat empat kelas putra-putra raja. Putra raja yang utama adalah yuvaraja yang berperan sebagai putra mahkota atau raja muda. Tingkatan di bawahnya ialah pratiyuvaraja, yang dapat naik ke tingkat atasnya jika yuvaraja mangkat. Tingkatan berikutnya adalah rajakumara, yang dapat menggantikan dua tingkat di atasnya. Tingkat yang keempat bergelar rajaputra, yang tidak berhak menuntut tahta mahkota karena merupakan anak raja dari selir atau isteri kedua.
 
Dalam organisasi sosial dan politik tedapat dua tingkatan utama. Tingkat pertama adalah raja, putra putrinya dan kaum kerabat. Tingkatan kedua terdiri dari berbagai golongan pejabat Kedatuan, seperti senapati, nayaka, pratyaya, haji pratyaya dan dandanayaka. Senapati adalah kepala hulubalang atau panglima perang. Nayaka adalah ketua bendahara yang bertugas mengurusi perbendaharaan kedatuan. Haji pratyaya adalah tumenggung kedatuan,  dan dandanayaka adalah hakim.
 
Seperti halnya kota-kota di nusantara atau di dunia, di pusat Sriwijaya juga tinggal bermacam-macam orang yang mempunyai keahlian khusus, seperti vasikrama (pande besi), kayastha (juru tulis) dan pemahat, serta sthapaka (arsitek). Sebagai negara maritim dan perdagangan di kota Sriwijaya juga tinggal puhavam (nakhoda kapal), dan vaniyaga (pedagang).
 
Sthapaka (arsitek) diperlukan untuk merencanakan bangunan-bangunan keagamaan, pemahat diperlukan untuk membuat arca, pande besi diperlukan untuk membuat senjata, arca, dan barang-barang logam lainnya. Sisa-sisa hasil keahlian tersebut masih tertinggal di beberapa lokasi. Situs Kambang Unglen  dan Talang Kikim yang menunjukkan sisa industri manik-manik. Situs Gedingsuro dan Talang Kikim menunjukkan sisa kegiatan pertukangan logam. Situs Candi Angsoka dan Lemahabang menunjukkan kegiatan para pemahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar